Selasa, 12 Juli 2011

PENGALAMANKU DALAM MENJELASKAN ALQURAN DAN HADIST

A. Bagian Satu

Malam minggu (9-7-2011) istriku marah-marah karena aku merencanakan tidak ikut ke Pacitan dalam rangka menghadiri pernikahan kakak istriku pada esok hari. Bukan alasan aku tidak mau ikut, karena keluarga besar istriku akan mengadakan prosesi hindu dalam perjalanan yaitu membuang ayam di jembatan Tuntang (Salatiga). Juga pada malam minggu tersebut di rumah mertuaku akan ada acara shalawat Diba’ dan ……… aku beralasan bahwa semua ibadah Mahdhoh atau muamalah kalau tidak ada pedoman/perintah dari Allah dalam Alquran dan Sunnah Rasul dalam Hadist, maka sebaiknya ditinggalkan, artinya bahwa jangan Taqlid (ikut-ikutan tanpa ada ilmu yang jelas), Bid’ah (segala sesuatu ibadah yang baru muncul tanpa ada perintah dari Quran dan Hadist), Churofat yaitu melakukan sesuatu yang berada di luar tatanan Islam berdasar Quran dan HAdist dan Syirik (menyekutukan Allah).

Pada malam minggu aku membantu tetanggaku membuat presentasi untuk matrikulasi siswa baru, jadinya aku tidak dirumah. Saat aku selesai melakukan pekerjaan di luar, maka pulang. Sampai di rumah istriku marah-marah. Terus aku jelaskan penuh dengan kelembutan bahwa alasanku tidak mau ke rumahmu mala mini dan tidak mau ikut karena aku khawatir terdapat prosesi Hindu penuh kesyirikan dalam pelaksanaan pernikahan kakaknya Istriku. Karena sebelum keberangkatan saya bertanya kepada Ustadz Wahyul dan Ustadz Agung bahwa jika kita menjadi bagian dari yang melaksanakan kesyirikan maka kita ikut terkena dosanya. Setelah mendapat penjelasan ini, aku berfikir lagi dan penuh pertimbangan dan awalnya memutuskan tidak akan ikut. Tapi istriku tidak mau menerima hal ini, padalah aku menjelaskan berdasar Quran dan Hadist. Maka keluarlah kata-kata tidak mau balas budi, tidak mau dianggap saudara, tidak menghargai keluarganya,dll, ditambah kekerasan fisik, yang mana dia mencubit,memukul,dan menciderai badanku, juga membanting 2 hape ku sampai pecah. Menghadapi situasi ini aku tetap sabar dan dingin, dihadapi dengan kelembutan dan kasih saying. Saat saya terlepon Ustadz Wahyul, maka hapeku direbut dan dibantingnya.

Setelah agak reda, aku berbicara dengan penuh kesabaran bahwa aku bertanggung jawab atas keselamatan aqidah diriku dan keluargaku. Dengan kunci ayat Quran yang dikirimkan oleh Ustadz Wahyul dan Ustadz Agung via SMS tentang masalah yang kami hadapi, maka aku menjelaskan arti dan maksud ayat-ayat tersebut sepengatahuanku. Tanggapannya macam-macam, mulai dari aku dihasut oleh MTA, Islam Fanatik, Islam Fundamental, Islam Keras, kalo mau ceramah di masjid sana, dan lain-lain. Mungkin sedikit terpancing amarah, tanpa berfikir,aku keceplosan berbicara kalau ada prosesi Hindu maka aku berharap kita semua (rombomgan) mendapat peringatan dari Allah SWT.

B. Bagian Dua

Hmmmm, semakin lama kami diskusi dan dia sedikit terbuka hatinya. Dan aku juga memutuskan akan ikut mengantar pengantin tapi kalau ada prosesi Hindu berikut, aku akan melakukan tindakan antara lain:

1. Membuang sajen di jembatan Tuntang maka aku akan turun di Jembatan Tuntang dan Pulang ke Semarang

2. Kalau ada sajen maka aku ga mau ikut bis/ ga akan berangkat

3. Dan aku tidak akan menjadi rombongan saat temu manten adat jawa (mengnjak telur,dll), dan Cuma mengucapkan selamat kepada kedua mempelai dan keluarga besar besan.

Istriku menerima dan aku meminta ampun kepada Allah, bahwa aku tidak bermaksud bersyirik kepada Allah, tujuanku hanyalah ingin silaturahmi dan menguatkan ukhuwah Islamiyah. Maka tengah malam kami menuju rumah mertuaku untuk persiapan keberangkatan esoknya.

C. Bagian Tiga

Ada 3 mobil dan 1 bis yang berangkat, aku dan istri ikut bis. Seperti doa2ku sebelum berangkat, Ya Allah aku berlindung kepadaMu atas semua salahku atas keikutsertaanku dalam rombongan ini, jika berdosa maafkanlah dan jika ini memang kehendakmu tolong lancarkan perjalanan kami. Kemudian berangkatlah kami, dan bis pada bagian paling belakang. Subhanallah, Dalam perjalanan tidak kutemukan unsur syirik dan aku sedikit tenang dalam perjalanan.

Rombongan bis tertinggal jauh dan baru dengan rombongan mobil di Wonogiri. Di sana saling menunggu dan bis memutuskan melanjutkan perjalanan menuju Pacitan. Ternyata kami salah jalan (karena di bis tidak ada navigator/ orang yang tahu daerahnya), harusnya kami lewat Pracimantoro namun malah lewat Giriwono. Akhirnya kami sangat jauh tertinggal dengan rombongan dan memutar jauh lewat selatan Wonogiri. Kemudian kami sampai di batas propinsi Jateng-Jatim Sisi Timur, padahal harusnya batas sisi barat. Setelah saling komunikasi dengan rombongan lain, akhirnya memutuskan melanjutkan perjalanan lagi menuju desanya tapi kami kesasar dan akhirnya dipandu oleh keluarga besan dan dijemput dipinggir jalan. Itupun masih jauh dari tempat acara.

Akhirnya kami sudah masuk daerah tujuan yaitu masuk ke kawasan wisata Goa Gong PAcitan. Jalannya naik turun,sangat sempit dan tengah hutan, kiri kanan hanya terlihat bukit-bukit batu. Sampai di suatu tempat, supir bus tidak berani melanjutkan perjalanan lagi karena jalannya sempit dan penumpang sangat khawatir, maklum rata-rata berusia di atas 45 tahun jadi untuk jalan yang sedikit rusak, maka reaksinya sudah beda (takut). Akhirnya penumpang bis terlantar di tengah hutan, tidak bisa mundur, harus maju. Dalam kondisi panas dan lapar, dengan segala macam opini dan solusi, akhirnya diputuskan yang ibu-ibu diangkut menggunakan angkutan desa dan bapak-bapak memakai bis. Supir bis bukan takut jalannya, namun umpama ada persilangan/ ada mobil dari arah depan, maka pasti tidak akan bisa bergerak dan kiri kanan adalah jurang. Dengan banyak hambatan tadi, maka akhirnya rombongan bis sampai ke tujuan dengan selamat. Kemudian istirahat, makan dan bersilaturahmi sejenak dan langsung pamitan pulang. Alhamdulillah, aku tidak mengikuti, tidak mengetahui dan tidak melaksanakan/ menjadi bagian dari prosesi adat Jawa yang penuh makna syirik, karena saat acara tersebut kami masih “terdampar” ditengah hutan. J

D. Hikmah Dari Pengalamanku

1. Untuk mengamalkan Al Quran dan Hadist harus dimulai dari belajar, mengaplikasikan untuk diri sendiri kemudian orang lain

2. Menghadapi orang yang tidak sepaham dengan kita, sebaiknya tetap memberikan nasehat dengan kesabaran. Jangan sekali-kali menjelek-jelekkan suatu paham, menghina dan sebagainya. Tetap jaga ukhuwah Islamiyah

3. Aku yakin kejadian kemaren yang menimpaku adalah sebagai wujud dari perlindungan Allah kepadaku dan doaku dikabulkan oleh Allah. Saat rombongan lain menganggap bahwa “keterdamparan di hutan” adalah sebuah hal yang tidak mengenakkan maka bagiku merupakan sebuah anugerah. Dari pada menemui kenikmatan di tempat acara yang penuh dengan kesyirikan.

4. Karena tuan rumah tidak menerima tamu dari Semarang dengan baik, maka dalam perjalanan pulang dan sampai di rumah, yang dibahas hanya kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan dalam acara tersebut. Dengan membandingkan apa yang telah dilakukan dan yang telah diterima. Naudzubillahimindzalik……

1 komentar:

Isman Purwanto mengatakan...

rupanya Alloh memberikan peringatan kepada rombongan bis yang masih melaksanakan ritual yang bukan syariat islam